Kembali ke Arsip Pustaka
Kopiku Keburu Manis
Puisi
Kopiku keburu manis,
padahal aku ingin merasakan yang getir seperti waktu.
Gula jatuh seperti janji,
larut tanpa jejak,
meninggalkan aku yang tak tahu
mana rasa yang asli, mana yang fiksi.
Asapnya menulis puisi di udara,
mengepul, bergerumul tak karuan,
tentang seorang diri yang terus mencari arti
dari hangat yang cepat hilang.
Mungkin aku bukan penikmat kopi,
melainkan penunggu yang tak tahu
apakah ini pagi,
atau sekadar pengulangan dari malam,
dari rembulan yang enggan berpapasan.